0
Jumat, 16 Maret 2012 Post By: ♫Dhika▬Prasetyo♫

[Review] Psychic Detective Yakumo


Ketika berusaha membantu temannya yang koma di rumah sakit, mahasiswi tingkat 2 Universitas Meisei, Ozawa Haruka mendapat saran dari seseorang untuk mengunjungi Asosiasi Periset Film di universitasnya; karena katanya, di sana akan ada orang hebat yang bisa membantunya.

Penasaran, Haruka pun pergi ke sana dan langsung disambut oleh seorang pemuda berambut hitam berantakan dan bermata kuyu yang langsung menyuruhnya masuk.

Pemuda itu bernama Saitou Yakumo, mahasiswa tingkat 2 di universitas yang sama, yang sering mencari keuntungan dengan mengandalkan ‘kekuatan super’nya: menebak kartu yang tepat tanpa melihatnya. Meski ternyata ketahuan bahwa kemampuan itu ternyata bohongan belaka, Haruka akhirnya mengetahui kemampuan Yakumo yang sebenarnya, yaitu melihat dan berkomunikasi dengan arwah orang yang sudah meninggal.

Kemampuan Yakumo itu dipicu oleh warna mata kirinya yang berwarna merah darah, yang selalu ditutupinya dengan lensa kontak berwarna coklat (mata kanannya berwarna coklat). Yakumo, yang ternyata sejak kecil ditakuti orang karena warna mata dan kemampuannya itu, bahkan oleh orang tuanya sendiri, terkejut ketika Haruka yang tak sengaja mengetahui mengenai warna matanya itu justru tidak takut padanya dan mengatakan bahwa warna matanya indah.

Bersama Yakumo, Haruka memulai penyelidikan mengenai berbagai macam kasus, yang kesemuanya melibatkan arwah orang yang mati penasaran, entah karena dibunuh atau kecelakaan, dan memecahkan semuanya dengan tujuan untuk menenangkan jiwa mereka supaya bisa kembali ke alam baka. Dan, perlahan-lahan, Haruka mulai mengenal lebih dalam sosok asli Yakumo, yang baik dan penuh pengertian di balik topeng luarnya yang sinis dan dingin; sementara Yakumo pun mulai belajar membuka hatinya terhadap Haruka.

Serial ini diangkat dari novel karya Manabu Kaminaga dan diserialisasikan sebagai manga oleh Ritsu Miyako. Gambarnya bersih dan rapi, dengan garis dan tarikan khas shojo manga (maklum, yang gambar juga cewek). Di Indonesia, penerbitnya adalah Gramedia M & C, dengan rating terbit ‘Remaja’; meski sebenarnya, mengingat topiknya yang agak berat, mungkin lebih cocok untuk ‘Dewasa’ deh…

Manga ini lebih cocok disebut graphic novel ketimbang komik. Ukurannya lebih tebal dibanding komik biasa (dengan harga lebih mahal juga, Rp 18500,- uggghh…) dan tata letak perwajahannya lebih artistik dan minim hiasan dibanding komik shojo lain yang biasanya full color dan menarik; PDY ini tampil dengan warna putih minimalis yang bersih. Mengingatkanku pada DNAngel dan Piano Hutan, yang juga sama-sama menggunakan warna dasar putih, meski untuk DNAngel, penampilannya lebih colorful dan shojo-ish.

Pokoknya baca deh, dijamin keren dan asyik. Meski untuk orang yang menyukai serial detektif yang lebih mencekam atau bersifat thriller, pasti langsung kecewa, karena PDY ini hanya menampilkan kasus-kasus yang bisa dibilang ‘biasa terjadi’ dengan plot sederhana tanpa tambahan trik-trik, alat atau psikologis, yang spektakuler seperti halnya dalam Conan atau Kindaichi. Intinya, PDY ini cerita detektif yang ‘down to earth’ lah.

TTD Dhikaechizen.



Copyright Reserved ♣Jee*Manga♣ 2010.
Design by: Bingo | Blogger Templates by Blogger Template Place | supported by One-4-All